Menyusuri Tradisi Desa Loram Kulon
Kudus
adalah sebuah kota kecil yang memiliki beragam kebudayaan, mulai dari
peninggalan sejarah, destinasi wisata, hingga adat istiadat dan tradisi yang
masih kental dan tetap ada sampai saat ini. Salah satu tradisi yang saat ini
masih tetap dilakukan oleh masyarakatnya dan menyimpan banyak sejarah, ialah tradisi
“MANTEN MUBENG”. Tradisi ini masih
dilakukan oleh masyarakat Desa Loram Kulon, kec. Jati, kab. Kudus.
Dalam kesempatan ini,sebut saja mas
Abhar, selaku anggota mpok darwis dari daerah Loran Kulon sendiri. Ia mengungkapkan
bahwa, adanya tradisi manten mubeng ini terjadi pada abad 15, yakni menantu
Sunan Kudus, suami dari Ratu Prododinabar yang juga suami dari Ratu
Kalinyamat, yakni Sultan Hadirin, menyebarkan ajaran islam di Desa Loram.
Namun, pada saat itu mayoritas masyarakat loram masih beragama hindu.
Maka
dari itu, Sultan Hadirin orang yang pertama membawa budaya tersebut dan beliau
juga yang membangun gapura yang mirip dengan tempat peribadahan umat hindu. Yang
disebut Gapura Pandureksa. Gapura
tersebut mempunyai 2 pintu yakni selatan dan utara. Dan tepat dibelakang gapura
tersebut terdapat masjid wali yang bernama At-Taqwa. Masjid ini dibangun oleh
sultan hadirin sebagai salah satu symbol perjuangan pada saat itu di Desa Loram.
Dengan berbagai macam metode, beliau
menyebarkan ajaran islam dengan cara pendekatan langsung dengan masyarakat. Dan
dengan cara pendekatan tersebut, banyak masyarakat loram yang memeluk agama
islam. Dikarenakan masyarakat tersebut baru menjadi muslim, maka pengetahuan
akan Islam masih sangat minim. Termasuk pernikahan yang dianjurkan secara
Islam.
Maka beliau mengajarkan pernikahan
sesuai ajaran Islam. Kemudian, beliau memerintahkan masyarakat yang ingin
menikah untuk mendatangi masjid yang berada di belakang gapura tersebut. Saat
itulah, masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid. Kegiatan ini dilakukan
setiap adanya pernikahan didesa loram kulon, yang sudah sah/ sudah akad baru melaksanakan
manten mubeng.
Nah
kegiatan ini dilakukan 1x seumur hidup. Dalam acara ini, pelaksanaan mengitari
gapura diawali dari pintu selatan dan keluar dari pintu utara, dan kedua
pengantin ini diiringi oleh keluarga masing-masing. Dan pihak pengantin selain
di iringi oleh pihak keluarga, mereka juga diiringi oleh groub marawis dan
diiringi lantunan sholawat Nabi.
Setelah itu, kedua mempelai berhenti didepan
gapura sembari berdoa kepada Allah SWT. Dan pandangan masyarakat terhadap
Tradisi manten mubeng ini masih memegang teguh adat budaya yang ada diloram,
mereka pun merespon baik dan mereka
menganggap kegiatan/tradisi ini bukanlah suatu perbuatan yang musrik, karna
mereka menganggap itu adalah hasil budaya yang lahir dan wajib dilestarikan
didesa tsb.
Terbukti
saat acara pernikahan diadakan, dan kegiatan ini dianggap oleh masyarakat
sekitar sebagai keharusan. Dan yang dapat melakukan tradisi ini ialah orang
loram itu sendiri, atau salah satu pasangan yang mendapatkan orang loram
tersebut, ataupun masih ada keturunan loram. Adapun mitos yang dipercayai oleh
masyarakat setempat ialah, saat melakukan adat menten mubeng tersebut,
pernikahan jadi langgeng dan harmonis, serta menjadi keluarga yang bahagia. Dan
ada pula mitos yang mengatakan bahwa, jikalau masyarakat setempat tidak melakukan
tradisi ini, maka akan ada malapetaka yang akan menghampiri didalam rumah
tangganya.
Disamping
itu,tradisi ini juga masih ada hingga saat ini. Ini dapat dilihat dari Faktor
yang menyebabkan tradisi manten mubeng dapat bertahan sampai sekarang adalah pertama, kepercayaan masyarakat Desa
Loram terhadap tradisi nganten mubeng di Masjid At-Taqwa bukan merupakan kesyirikan,
akan tetapi suatu kepercayaan masyarakat berdasarkan syariat Islam seperti
ajaran Islam yang disampaikan oleh Sultan Hadirin.
Kedua Masyarakat
setempat juga mempunyai keyakinan bahwa tradisi nganten mubeng dianggap sebagai
suatu cara untuk memperoleh suatu keselamatan untuk membentuk keluarga baru.
Kemudian masyarakat Desa Loram ingin melestarikan peninggalan leluhurnya yaitu
tradisi nganten mubeng. Ketiga Pada
saat ini tradisi nganten mubeng juga dijadikan sebagai aset wisata daerah. Dan
yang keempat, Tradisi nganten mubeng
ini dilakukan oleh semua warga masyarakat Desa Loram yang beragama Islam dan sudah
sah menjadi pasangan suami isteri tanpa membedakan mata pencaharian masyarakat.
Jika kita tarik kesimpulan, banyak pesan dan nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi tersebut. Mulai dari akulturasi budaya yang ada didesa tersebut, hingga masyarakatnya yang mengikuti ajaran tokoh agama dalam memeluk agama islam.
sumber
Mas Abhar, selaku
anggota mpok darwis Desa Loram Kulon.
Diah Pitaloka. 1740210065
0 Komentar