Mencetak Santri Berjiwa Enterpreneur Ketika Santri Berbisnis Pesantren, tidak hanya menjadi tempat untuk menuntut ilmu keagamaan. Pesantren juga menjadi tempat untuk menggembleng para santri, untuk menjadi pribadi yang mandiri. Pribadi yang tangguh dan kreatif. Harapannya, setelah lulus dari pesantren, para santri tidak hanya kuat dari sisi religiusnya, tapi juga lebih matang dalam hal berwirausaha. Sehingga, kemandirian ekonomi akan terwujud. Kita tahu, salah satu sumber rejeki bisa didapat melalui berdagang. Rasulullah merupakan seorang pebisnis sukses. Karir bisnisnya, sudah dimulai sejak usia 12 tahun. Bahkan, Rasulullah SAW pun memberikan panutan, bagaimana cara berdagang yang benar secara Islam. Berdagang, merupakan salah satu cara agar kita bisa mandiri secara ekonomi. Sadar atau tidak, pesantren berpotensi untuk mencetak santri-santri mandiri. Misalnya, jika dalam pesantren ada 2000 santri, dan setiap santri diwajibkan memelihara 5 pot berisi tanaman produktif, untuk urusan makan di pesantren akan bisa terpenuhi. Jika ini bisa dilakukan, makan dalam beberapa tahun kedepan kemandirian pesantren akan bisa terwujud. Namun, para santri ini masih perlu mendapatkan pengetahuan, agar bisa mengembangkan bakat wirausaha. Bekal pendidikan akhlak yang didapatkan di pesantren, diharapkan bisa melahirkan para wirausaha muda yang bisa dipercaya. Saat ini, mulai banyak pesantren entrepreneur, yang mengajarkan para santri untuk berani menjadi wirausaha sejak dini. Dengan kemampuan entrepreneur ini, bisa menghasilkan santri-santri yang mandiri secara ekonomi. Sehingga, alasan klasik seperti ekonomi, yang menyebabkan orang bergabung dengan kelompok radikal, karena iming-iming perbaikan ekonomi bisa diminimalisir. Artinya, jika hal ini bisa dilakukan, setidaknya kita bisa memutus salah satu rantai penyebaran paham radikalisme di masarakat. Dengan berwirausaha, santri dituntut untuk menjadi kreatif, inovatif, dan pantan menyerah. Contoh kecil, seperti yang dilakukan oleh Muhammad Amin lulusan Pondok Pesantren An-Nuur Jekulo kudus. Awalnya, Amin berjualan ice cream pada 2015 lalu. Setelah 6 bulan berlalu, Amin memutuskan berhenti dagang, karena dia memiliki ketrampilan Kaligrafi akhirnya Amin memutuskan untuk membuat Usaha kaligrafi. Dia akhirnya mulai menawarkan jasa mengajar private Kaligrafi dari rumah ke rumah. Setahun kemudian, dia dan teman-temannya satu hobi mendirikan lembaga belajar private Kaligrafi. Lembaga ini pun terus berkembang dengan satu cabang, dengan 10 Guru tetap, dan 150 siswa. Jika mereka bisa berwirausaha, tentu akan lebih bermanfaat. Setidaknya untuk keluarganya. Mereka bisa membantu adiknya, temannya, atau tetangga yang membutuhkan pertolongan. Bahkan, jika usahanya sukses, akan mampu merekrut tenaga kerja dan mengurangi angka pengangguran. Apalagi, saat ini sudah masuk dalam masyarakat ekonomi ASEAN, dimana persaingan antar negara kian ketat. Menciptakan santri dengan kemandirian ekonomi, tidak hanya mampu menangkal tindakan radikalisme agama, tapi juga bisa menciptakan santri-santri yang bermental wirausaha.

Nama : Khoirul Anam
NIM : 1740210056