Festival Tradisi Kupatan atau Lomban di Jepara
Di Kabupaten Jepara terdapat tradisi yang unik yaitu tradisi kupatan atau disebut dengan pesta lomban . Tradisi lomban di Jepara merupakan tradisi turun - temurun yang dilaksanakan seminggu setelah lebaran Idul Fitri. Pesta lomban merupakan proses tradisi pelarungan kepala kerbau oleh masyarakat setempat dan para nelayan Kabupaten Jepara sebagai wujud rasa syukur kepada Allah dengan bentuk sedekah laut oleh nelayan atas hasil tangkapan ikan yang didapat dari laut.
Masyarakat Jepara menyebut istilah lomban karena berasal dari kata lomba-lomba yang berarti masyarakat nelayan masa itu bersenang-senang melaksanakan " lomba-lomba "seperti sekarang ini masih dilaksanakan. Lomban merupakan pesta masyarakat nelayan di wilayah Jepara dalam bentuk sedekah laut. Namun pada saat ini sudah menjadi keseluruhan masyarakat Jepara tidak hanya untuk nelayan saja. Pesta lomban diselenggarakan dengan melarung kepala kerbau ke tengah lautan. Pusat perayaannya berada di Pantai Kartini Jepara yaitu dimulai dengan arak - arakan kerbau dari TPI ujung batu menuju ke tempat pemotongan hewan. Selain dikenal dengan bodo lomban juga dikenal dengan bodo kupat. Ketupat adalah yang berisikan beras yang sudah matang serta dibungkus dengan daun janur. Ketupat berasal dari bahasa Jawa yang berarti " Ngaku lepat " yang artinya mengakui kesalahan dengan makna bahwa dengan adanya tradisi kupatan maka, diharapkan setiap orang mau mengakui kesalahan sehingga memudahkan diri agar memafkan kesalahan orang lain. Semua dosa yang ada di diri seseorang melebur bersama dengan hari raya Idul Fitri.
Ketupat yang terbungkus dari daun janur kuning yang melambangkan penolak balak bagi orang Jawa. Sedangkan rumitnya anyaman ketupat dimaknai oleh masyarakat mencerminkan berbagai kesalahan manusia, dan warna putih ketupat saat dibelah menjadi dua mencerminkan kesucian dan kebersihan setelah memohon atas kesalahannya. Beras isi dari ketupat melambangkan kemakmuran setelah hari raya.
Lepet merupakan makanan yang terbuat dari ketan, dan ditambahkan kacang tholo dibungkus dengan janur yang dilipat memanjang dimana ketan diletakkan ditengah - tengah kemudian diikat dengan tali bambu yang melingkar. Kata lepet singkatan dari bahasa Jawa yaitu "silep kang rapet " atau monggo dipun silep ingkang rapet ( mari kita tutup yang rapat) yang mempunyai arti bahwa sesesorang yang telah mengakui kesalahan dan meminta maaf, maka kesalahan yang sudah dimaafkan jangan diulangi kembali. Sedangkan ketan yang lengket memeliki arti bahwa semakin eratnya tali persaudaraan.
Tradisi festival kupatan di Jepara masih terus dilestarikan sampai saat ini. Tidak Hanya itu tradisi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun dari luar yang sangat antusias mengikuti tradisi tersebut setiap tahunnya. (Arfiatul Khusna / 1740210064).
0 Komentar