Jadi santri jangan minder! Dunia ini
hanya melihat orang-orang pemberani dan percaya diri. Orang yang meyakini
kemampuan dirinya dan berani berperan dalam dunia tanpa batas. Bukan orang yang
hanya memilih berselimut di balik nostalgia peradaban lampau. Tak dikenal dan
akan tersisih oleh zaman.
Era kemajuan teknologi memang membawa perubahan
signifikan pada generasi yang lahir di dalamnya. Banyak yang berasumsi,
teknologi berdampak negatif. Tapi juga ada harapan, teknologi menciptakan
cakrawala baru bagi peradaban.
Ini era generasi milenial di abad digital. Siapa berani
bersikap dan ambil peran, dia lah yang akan menahkodai masa depan. Seperti halnya para santri, insan berbudi pekerti yang juga menjadi bagian dari generasi ini.
Lalu bagaimana kiprah para santri? kelompok “sarungan” yang kadung dicap kolot dan
tradisional. Apakah harus bertahan dalam stigma itu? Tentu, tidak.
Santri justru
memiliki modal besar menjadi generasi milenial.
Mandiri, cakap, kritis, inovatif dan terbuka adalah karakter pada diri santri. Bagaimana
tidak, Kehidupan di pesantren mewariskan edukasi berorientasi karakter yang
luhur dan kokoh.
Santri bukan hanya urusan mengaji.
Tapi juga berkontribusi untuk banyak hal dengan berbagai cara. Salah satunya dengan dakwah lewat jalur enterpreneur. Seperti yang dilakukan Imam Baedhowi yang
lebih di kenal dengan nama Dj Owix yang jeli melihat peluang dengan merintis
usaha dengan wiraswasta (entrepreneur) dibidang kuliner.
Dj Owix berusaha
mandiri dan percaya dengan kemampuan yang ia miliki. Tak heran jika ia
melakukan berbagai terobosan kreatif dan inovastif untuk membangun usahanya.
Bagi santri, dua hal itu sebenarnya bukanlah masalah serius karena tertempa
setiap harinya.
Era milenial ini
adalah era para
santri muda. Kiprah para santri muda untuk melakukan perubahan ke arah yang
lebih baik. Gerakan
literasi media, performa dengan gaya kekinian tanpa meninggalkan jati dirinya sebagai
seorang santri engan karya nyata. Seperti Ella Haryani, mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Kudus yang berkarya dengan
memanfaatkan situs berbagi Youtube. Motivasi menjadi Youtuber hanya satu. Ingin dikenal melalui karyanya.
Ella bergabung dengan komunitas Youtube Indonesia, dan komunitas Youtube Jepara. Dari situlah Ella bisa berbagi ide
dengan sesama conten creator. Ella berhasil memiliki
satu juta subscriber. Bahkan videonya pernah menjadi trending ke-5. Jelas tak menyangka karena awal mula keisengannya berubah manis. Untuk membuat video jadi
banyak view tentulah tidak mudah. Perlu memahami algoritma youtube agar mampu
menciptakan konten menarik dan berbobot.
Tak hanya dikenal melalui karyanya,
performa santri pun turut dijaga. Bergaya ala santri milenial tanpa
meninggalkan jati dirinya sebagai seorang santri, juga dilakukan Yayuk
Khumaidah, vokalis Grup Rebana JQH IAIN Kudus.
Ia juga dikenal sebagai model di akun media sosial Instagram. Sebagai seorang model Yayuk
selalu menjaga penampilannya agar tetap kekinian dan fashionable.
Mengapa
harus santri yang diprioritaskan? Karena santri juga bagian dari aset penting bagi kemajuan bangsa. Santri yang kuat, mampu keluar dari zona nyaman. Jika sebelumnya bergantung dengan orang lain, sekarang harus mampu berupaya mandiri.
Akhirnya, cita-cita terciptanya
santri milenial patut direfleksikan bersama.
Modernisasi membawa perubahan signifikan dari hulu ke hilir. Dari belanja sayuran di pasar menjadi lewat pesanan digital. Semua menikmati segala kemudahan, termasuk para santri. Ada yang sadar bahwa ini adalah peluang besar, tapi juga ada yang hanya menjadi penikmat dari kemajuan. Bagaimana dengan santri?
(Tim Gesith)
0 Komentar